loading...

Friday, October 5, 2012

Burung Surga di Papua

oleh Charles Roring
Burung surga adalah ikon Papua - pulau tropis terbesar di dunia. Burung-burung itu hidup di hutan hujan tropis yang saat ini habitat alaminya sedang dirusak lewat penebangan pohon berskala besar. Naiknya harga bahan bakar telah memicu terjadinya pencarian bahan bakar alternatif selain petroleum. Ketika minyak sawit dipercaya bisa menjadi bahan bakar alternatif bagi mesin diesel yang menggerakkan mobil dan truk, perkebunan monokultur kelapa sawit saat ini sedang dibuka di Papua Barat dan Papua New Guinea. Dengan persetujuan pemerintah daerah, ratusan ribu hektar hutan hujan tropis kemudian ditebang bagi pengembangan perkebunan kelapa sawit. Hutan hujan tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati semakin menciut setiap menitnya.

Burung surga atau burung cendrawasih sudah diburu sejak ratusan tahun yang lalu. Burung-burung itu diperdagangkan baik dalam keadaan hidup ataupun mati kepada para kolektor yang senang menggantungnya di dinding rumah mereka atau menaruhnya di dalam kotak kaca.
Tur pengamatan burung adalah sebuah skema pembangkitan pendapatan yang saya coba perkenalkan bagi penduduk lokal di Kabupaten Manokwari pada saat ini. Para pengamat burung dari Eropa dan Amerika Serikat datang untuk menonton burung surga di habitat alami mereka. Ada tiga lokasi di kabupaten ini yang menjadi tempat tujuan para wisatawan yang ingin menonton burung-burung surga.
Tempat-tempat itu adalah Camp Mawowi, Camp Dopi dan Bukit Aiwatar. Yang terdekat dengan kota Manokwari adalah Camp Dopi. Para pengamat burung yang ingin melihat burung surga di camp tersebut harus berjalan menembus hutan belantara selama 3 jam untuk mencapai tempat pengamatan burung. Saya sengaja tidak menaruh koordinat GPS tempat tersebut di website ini untuk mencegah para pemburu datang ke hutan dan menembak burung-burung tersebut.
Jika Anda tertarik untuk mengamati burung surga di hutan Manokwari, silahkan menghubungi saya lewat email: peace4wp@gmail.com.Untuk menekan biaya perjalanan, datanglah dalam 1 kelompok yang beranggotakan 2 hingga 10 orang. Jangan lupa membawa peralatan pengamatan burung seperti teropong (kijker), digiscope, atau telephoto camera.
Catatan tambahan:
Pada umumnya para pengamat burung yang berpengalaman menggunakan digiscoping system. Selain harganya yang relatif lebih terjangkau dibandingkan dengan kamera D-SLR, kemampuan digiscope dalam memotret subyek burung yang ada di pepohonan yang tinggi sangatlah bagus. Oleh karena itu, saya merekomendasikan agar Anda membeli peralatan digiscoping yang baik seperti yang dijual oleh toko online terbesar di dunia, yakni Amazon.com seperti yang terlihat di bawah ini:

No comments:

Post a Comment