loading...

Saturday, November 10, 2012

Eat Pay Leave Ubud


Ada banyak cafe dan restoran di jalan-jalan Ubud. Menu yang ditawarkan sangat beragam mulai dari makanan khas Bali hingga steak ala Amerika atau juga Chinese food. Di musim liburan akhir tahun seperti sekarang ini, setiap kali jam makan tiba, rumah-rumah makan itu dipenuhi wisatawan. 
Di suatu siang, setelah menghabiskan waktu lima jam melihat lukisan dan keris di Neka Art Museum, saya merasa lapar sekali. Maklum saja saya ini orangnya suka sama seni. Oleh karena itu pagi-pagi sekali saya sudah berada di Museum Neka. Tentu tempat yang saya cari adalah rumah makan. Untung saja di depan Neka Art Museum ada sebuah rumah makan yang kelihatannya menyajikan menu yang lezat-lezat.
Tanpa menunggu lama, saya pun masuk. Es teh yang pertama kali disajikan sesuai permintaan saya. Makanannya menyusul lima menit kemudian. Di samping saya terdengar wisatawan Perancis sedang bercakap-cakap sedangkan di ruang sebelah banyak turis Australia. Suasana makan siang saya pada saat itu ramai sekali.
Saat lagi menikmati hidangan makan siang, tiba-tiba telpon saya berdering. Nomor yang muncul di layar tidak saya kenal. Saat saya membuka percakapan, dengan kata "halo," suara di seberang sana ternyata adalah orang asing. Kata-katanya tidak bisa saya cerna dengan baik karena suasana di rumah makan itu ribut sekali. Saya jelaskan pada si penelpon bahwa saya akan menelponnya lagi beberapa saat kemudian setelah selesai makan. 
Setelah pembicaraan ditelpon berhenti, saya tidak bisa sepenuhnya menikmati hidangan yang ada di meja karena masih penasaran dengan apa yang hendak dikatakan oleh si bule yang menelpon saya itu. Karena masih harus melanjutkan pembicaraan telpon,  segera saya tinggalkan rumah makan itu.  Istilah populernya Eat Pay Leave.
Ternyata perempuan bule asal Polandia yang menelpon saya tadi meminta saya untuk mengantarnya trekking di Pegunungan Arfak Papua. Sayang sekali permintaan itu tidak bisa saya penuhi karena masih berada di Bali. Namun demikian, saya tetap membantunya dengan mengatur perjalanannya di Papua. Teman saya yang bernama Hans yang akhirnya mengantar bule itu dan dua temannya ke Danau Anggi sedangkan saya sendiri tetap melanjutkan lagi perjalanan saya keliling Bali. oleh Charles Roring/ E-mail: peace4wp@gmail.com
Baca juga: Bersepeda di Bali

No comments:

Post a Comment