loading...

Saturday, July 27, 2019

Jelajah Pesisir Manokwari dengan Wisatawan Belanda

Ikan Nemo dan Ikan Tiga Spot Dascyllus
Beberapa hari yang lalu, saya berkesempatan untuk menemani 4 wisatawan Belanda untuk melihat keindahan alam pesisir kota Manokwari. Kami mulai di pagi hari pada jam 09.00 dari Hotel Triton. Dengan naik ojek, kami berangkat menuju Pantai Aipiri yang terletak di sebelah utara kota. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 15 menit. Ketika tiba di lokasi suasana kampung Aipiri masih sunyi. Kami mulai menyusuri kawasan pesisir pantai dengan berjalan kaki. Jalanan yang kami lalui tidaklah beraspal dan banyak ditumbuhi oleh semak belukar. Sekali-sekali terdengar suara burung di pepohonan. Ada juga kupu-kupu kecil yang menghisap nektar bunga-bunga liar yang tumbuh di kedua sisi jalan. Setelah berjalan kurang lebih 15 menit, jalan yang tadinya rata mulai berubah mendaki. Kemiringannya agak terjal dan licin ditumbuhi lumut. Mungkin sudah lama tidak digunakan. Kendaraan roda empat seperti Toyota Avanza atau Inova yang mau lewat sini pasti tidak bisa tembus.
Di kedua sisi jalan, warga kampung Aipiri menanam pepaya, pisang, mangga, dan tanaman pertanian lainnya. Kami terus berjalan hingga dipuncaknya. Dari kejauhan nampak Samudra Pasifik yang saat itu lautnya sedang teduh. Saat menuruni bukit, jalannya rusak berat. Untung saja kami tidak sedang naik kendaraan bermotor sehingga tidak mengalami kesulitan berarti saat melewatinya. Hanya kendaraan 4wd (four wheel drive) seperti Toyota Hilux, Mitsubishi Triton atau Ford Ranger yang bisa menjelajahi dengan kondisi terjal dan rusak seperti ini.
Tak lama kemudian kami lewat di kawasan perkebunan kelapa. Pohonnya sudah tinggi sekali dan perlu peremajaan. Setelah itu kami memasuki wilayah kampung bakaro yang terletak di sebuah teluk berair tenang. Kampung ini terkenal dengan obyek wisata pemanggilan ikan.
Kami berjalan menuju pantai Bakaro. Para wisatawan Belanda yang masih muda itu mengganti pakaian mereka dengan baju renang dan langsung berjalan ke laut. Mereka berenang dan snorkeling. Saya bergabung dengan mereka kira-kira 1 jam kemudian setelah peralatan snorkeling yang saya pesan tiba. Ada 3 buah peralatan snorkeling yang tersedia di dalam tas milik saya tersebut. Para wisatawan Belanda tersebut mengikuti saya berenang ke kawasan terumbu karang. Ada ikan striped-surgeonfish, butterflyfish, parrotfish, damsel dan berbagai ikan laut lainnya yang kami lihat saat berenang di Pantai Bakaro.
Saya membawa kamera bawah laut Nikon AW 130. Saya kemudian menyelam hingga ke kedalaman sekitar 2 meter untuk memotret ikan-ikan itu. Spesies nemo yang saya lihat di terumbu karang Bakaro adalah Red and Black Anemonefish. Ada juga ikan Three-spots Dascyllus yang hidup berdampingan dengan nemo-nemo itu.
Bersama Wisatawan Belanda

Di siang hari, kami beristirahat dengan minum air putih dan makan biskuit. Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan kami ke Pulau Mansinam dengan taksi air. Selama berada di pulau itu kami melihat monumen pendaratan Ottow Geissler yang terletak di pinggir pantai. Saya memberikan sedikit penjelasan tentang bagaimana para utusan Zending berlayar dari Belanda hingga tiba di Pulau Mansinam. Kamimjuga berjalan kami hingga ke puncak pulau yang ada patung Yesus. Setelah itu kami ke pantai Air Salobar. Teriknya matahari membuat kulit para wisatawan Belanda itu memerah. Saya bertanya pada mereka apakah sudah mengoleskan sun-block lotion di kulit mereka. Para wisatawan itu menjawab ya. Namun mereka tidak yakin bahwa lotion itu cukup efektif melindungi kulit orang Eropa yang lebih sensitif terhadap sinar matahari.
Ketika hari sudah sore, kami kembali lagi ke hotel Triton. Perjalanan sore itu sangat menyenangkan buat para wisatawan Belanda tersebut. Saya pun mengucapkan selamat tinggal pada mereka dan pulang ke rumah. Keesokan harinya, para wisatawan Belanda itu melanjutkan perjalanan wisata mereka ke kota lain dengan naik pesawat.

Thursday, July 25, 2019

Wisata Snorkeling di Raja Ampat

Foto bawah laut terumbu karang dan ikan di Pulau Waigeo
Terumbu karang di Raja Ampat
Raja Ampat adalah destinasi wisata bahari yang sudah terkenal di seluruh dunia. Para wisatawan yang berkunjung ke sana, kebanyakan ingin menikmati kegiatan snorkeling atau selam skuba di pulau-pulau tropis yang bertaburan di seantero kepulauan Raja Ampat.
Karena selam skuba memerlukan lisensi khusus maka banyak wisatawan Indonesia yang memilih snorkeling untuk bisa melihat keindahan terumbu karang, ikan yang berwarna-warni serta hewan laut lainnya seperti cacing pohon natal atau bintang laut.

Sunday, July 21, 2019

Jalan Kaki Menyehatkan Tubuh Kita

Olah raga yang murah dan menyehatkan adalah jalan kaki
Jalan kaki di hutan Papua
Saya sering jalan kaki baik saat bekerja mengantar wisatawan atau ketika sedang berolah-raga. Karena pekerjaan saya adalah seorang pramuwisata maka saya terkadang harus mengantar tamu di hutan atau di jalan-jalan sepi yang ada pepohonannya. Tujuan utama dari kegiatan jalan di alam atau di tepi hutan adalah untuk mengamati burung. Jika saya atau wisatawannya melihat burung di pepohonan maka kami akan berhenti sejenak untuk mengamatinya dengan binoculars atau dengan spotting scope. Kadang-kadang saya harus memotret burung itu dan mengidentifikasi nama spesiesnya.

Sunday, July 7, 2019

Wisata Nonton Burung di Waigeo Raja Ampat

Burung Bidadari Waigeo
Burung Surga Merah (Paradisaea rubra)
Tadi pagi subuh, saya dan 2 orang wisatawan Amerika, Bpk. Bruce and Ibu Paige Harvey berangkat dari bandara internasional Sultan Hasanuddin Makassar ke kota Sorong di Provinsi Papua Barat. Jam 03.30, kami naik pesawat Bombardier CRJ 1000 Next Generation yang dioperasikan oleh maskapai Garuda. Pelayanan di dalam pesawat sangat bagus. Nasi ayam yang masih hangat dan puding yang disajikan kepada para penumpang sangatlah lezat. Setelah tiba, kami masih singgah sebentar di hotel Swissbel untuk menikmati sarapan. Saya memilih buah melon, dan semangka serta jus buah guava sebagai menu utama karena saya perlu meningkatkan data tahan tubuh. Buah-buah itu mengandung Vitamin B6, Vitamin C, dan Vitamin K serta zat besi, mangan dan magnesium yang diperlukan tubuh untuk menjaga stamina agar tetap prima.
Setelah itu, kami berangkat menuju Waisai dengan kapal cepat. Waktu tempuh adalah sekitar dua jam. Pada mulanya cuaca cukup cerah dan laut tenang. Saat kapal mendekati pulau Waigeo, laut mulai bergelombang dan kapal terasa bergoyang agak kuat. Untung saja tidak lama kemudian kami merapat di pelabuhan. Staff Raja Ampat Dive Resort (RADAR) sudah menunggu di dermaga untuk menjemput kami. 
Tujuan utama kami ke Raja Ampat adalah untuk menonton burung. Oleh karena itu, segera setelah menaruh tas di kamar, saya sudah siap di lobi resort untuk memandu mereka. Ternyata hanya Ibu Paige yang ingin sekali untuk menonton burung tropis Papua. Bapak Bruce lebih memilih beristirahat sambil membaca buku di pelataran resort yang menghadap ke laut.
Helmetted Friarbird
Helmetted Friarbird
Saya membawa laser pointer, spotting scope, binocular dan buku panduan lapangan: Birds of New Guinea karangan Thane K. Pratt dan Bruce Beehler. Kami mulai berjalan sepanjang pantai ke arah timur. Kurang dari 3 menit, kami sudah mendengar suara wus... wus... wus... di antara pepohonan tinggi. Ternyata dua ekor burung taun-taun (Blyth's hornbill) terbang meninggalkan dahan tempat mereka bertengger setelah mendengar suara kami. 
Kami pun terus berjalan sepanjang tepian pantai yang mulai berubah komposisinya menjadi lebih berbatu-batu. Di udara tiba-tiba saja kami melihat dua ekor burung, yang kecil berwarna hitam bernama Willie Wagtail dan yang lebih besar sayapnya coklat adalah Brahminy Kite. Willie Wagtail sedang mengejar atau mengusir Brahminy Kite. Mungkin sang Willie Wagtail yang bertubuh kecil berusaha untuk melindungi anaknya dari serangan sang predator. Saat menyusuri jalan setapak menuju jalan raya, kami melihat Helmetted Friarbird dan Oriental Dollarbird. Ada juga beberapa ekor kakaktua jambul kuning (Sulphur-crested Cockatoo) yang berteriak-teriak dari cabang pohon yang tinggi di kejauhan. Untuk melihat mereka, saya memasang spotting scope. 
Para pengendara sepeda motor memberi sapaan "Hello Mester" kepada kami. Ada beberapa anak Papua yang sedang duduk di rumah kebun yang terletak di sebuah bukit di pinggir jalan. Rumah kebunnya belum selesai - masih berupa rangka dan lantai kayu. Saya dan ibu Paige singgah sejenak. Ada pohon mangga dan beberapa pohon lainnya di sekitar rangka rumah tersebut. Kami beristirahat sambil menikmati hembusan angin dan bayangan teduh yang disediakan oleh pohon-pohon di sekitar kami. Ibu Paige memberitahuku bahwa di depan kami, di pucuk bambu yang berada di lereng bukit, ada seekor burung yang bertengger dengan tenang. Ukurannya kecil. Saya mengangkat binocular untuk melihatnya. Ternyata itu adalah burung White-breasted Wood-Swallow. Burung-burung seperti Eastern Osprey, Eclectus Parrot, terbang cepat di sela-sela pohon. Sepuluh menit kemudian, kami sudah mulai lagi berjalan, di puncak bukit kami melihat burung Oriental Dollarbird. Suhu udara semakin terasa panas dan kami tidak membawa air minum. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke resort. Masih di dekat puncak bukit ada pohon yang berbuah lebat. Ukuran buahnya kecil seperti kelereng serta kebanyakan berwarna merah. Beberapa ekor burung hinggap di pohon itu. Ternyata mereka adalah Hooded Butcherbird yang sangat terkenal dengan suaranya yang merdu. Warnanya hitam dan putih serta warna paruh yang abu-abu.
Sulphur-crested Cockatoo (kakaktua jambul kuning)
Kakaktua Jambul Kuning
Setelah tiba di Raja Ampat Dive Resort, kami beristirahat selama 2 jam. Sore harinya, pada pukul 17.00, kami jalan birding lagi. Ada sejumlah spesies tambahan yang berhasil kami lihat seperti sepasang Pinon Imperial Pigeon yang lagi bersayang-sayangan di ujung cabang pohon, serta Rufuous-bellied Kookaburra yang indah sekali. Sayapnya biru, dada dan perutnya berwarna merah. Paruhnya putih. Ketika matahari telah hilang dari cakrawala, kami pun bersiap-siap pulang. Seekor Kakaktua Raja (Palm Cockatoo) terbang ke arah barat, seakan memberi tanda bahwa sebentar lagi malam segera tiba. Kami pun pulang ke resort dengan hati senang.
Hari berikutnya, kami melakukan penjelajahan hutan di pagi hari mulai dari jam 05.00 hingga jam 11.00. Kami berhasil melihat burung Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra). Orang menyebutnya juga burung Bidadari Raja Ampat.

Saturday, July 6, 2019

Bandara Sultan Hasanuddin Makassar

Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
Bandara Sultan Hasanuddin
Saat ini saya sedang berada di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin di kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Sebenarnya bandara ini terletak di Kabupaten Maros. Di zaman orde baru, nama kota Makassar adalah Ujung Pandang. Nama Sultan Hasanuddin diambil dari seorang pahlawan nasional Indonesia yang berjuang melawan penjajah Belanda.
Bandara Internasional Sultan Hasanuddin adalah salah satu lapangan terbang tersibuk di kawasan tengah dan timur Indonesia. Maskapai penerbangan nasional seperti Garuda, Sriwijaya, Batik, Lion Air, Wings, yang menerbangkan pesawatnya di sini.