loading...

Friday, March 29, 2013

Snorkeling di Pantai Abasi

Pantai Abasi terletak di sebelah timur kota Manokwari. Diperlukan waktu kurang lebih 20 menit dengan kendaraan bermotor untuk sampai di sana. Beberapa bulan terakhir ini, pantai tersebut sering saya promosikan sebagai destinasi wisata untuk para penggemar selancar air (wave surfing). Sebenarnya tidak hanya olah raga itu saja yang bisa dinikmasi wisatawan tetapi juga berbagai aktivitas yang berhubungan dengan laut seperti dayung perahu, snorkeling, dan memancing.
Terumbu karang di Pantai Abasi masih dalam keadaan baik. Kemarin, saya pergi ke sana untuk mencoba sebuah kamera baru Canon Powershot G1X yang dilindungi waterhousing WP-DC44 buat pengambilan foto-foto di dalam air hingga kedalaman 40 meter.
Saya ditemani seorang peselancar setempat yang bernama Henoch. Selama snorkeling di pantai Abasi saya bisa melihat berbagai macam karang dan ikan yang berwarna-warni. Ternyata Henoch bisa menyelam hingga ke kedalaman sekitar 3 hingga 6 meter. Saya sendiri bisa mencapai ke dalam tersebut tapi tidak bisa terlalu lama di sana karena telinga dan leher akan terasa sakit. Saya pun memberi penjelasan bagaimana menggunakan kamera digital itu. Yang ia perlukan hanyalah mengarahkan kamera ke ikan dan karang yang nampaknya menarik lalu menekan tombol shutter.
Henoch langsung beraksi ketika ia telah menerima kamera. Saya tetap menemaninya selama beberapa jam di laut. Kami terus berenang ke laut yang lebih dalam. Kurang lebih jam 3.30, kami kembali ke darat. Saya langsung menyalakan kamera untuk melihat hasil pemotretannya. Luar biasa bagusnya pemandangan di bawah air.
Manokwari sebagai ibukota Provinsi Papua Barat memiliki banyak tempat yang bisa dijadikan sebagai destinasi wisata. Selain snorkeling dan wave surfing, kegiatan yang wisata alam yang digemari oleh para pelancong dari manca negara adalah trekking, camping dan birdwatching. Bila Anda gemar berpetualang di alam terbuka, Manokwari adalah destinasi yang pas. Saya telah menulis beberapa artikel tentang selancar air (dalam bahasa Inggris). Jika Anda tertarik untuk membacanya, silahkan berkunjung ke blog Abasi Surfing.
Semoga foto-foto snorkeling di Manokwari ini bisa Anda nikmati. Selamat berwisata dan tetaplah hati-hati selama perjalanan, Anda. oleh Leo Roring/ Email: peace4wp@gmail.com

Friday, March 15, 2013

Pelukis Belanda Willem Gerard Hofker

Judul: Komposisi Tiga Gadis
Media: Pastel di atas kertas
karya Willem Gerard Hofker
Selama perjalanan saya berkeliling Bali, saya beberapa kali mengunjungi galeri dan museum seni di kota Ubud. Salah satu yang saya masuk adalah Museum Neka di Jalan Raya Campuhan. Di sana saya melihat banyak sekali lukisan, ukiran dan foto. Di antara sederetan seniman yang karya-karyanya dipamerkan di dinding museum itu, nama Willem Gerard Hofker sangat menarik perhatian saya. Seniman lukis asal Belanda ini pernah tinggal lama di Bali. Sebagian besar karyanya menggambarkan potret kehidupan masyarakat Bali sehari-hari. Wanita-wanita Bali dengan dandanan yang menarik kerap digambarkan sedang melakukan persiapan untuk mengikuti upacara keagamaan atau mementaskan tarian tradisional.
Willem Gerard Hofker adalah seorang pastelis yang mampu menuangkan kehidupan wanita-wanita Bali dalam kertas gambar secara apik dengan proporsi yang pas. Saya menghabiskan waktu yang lama sekali di lantai 2 sebuah gedung di dalam Museum Neka tersebut, tempat di mana karya-karya pastelis Belanda ini dipamerkan.
Dewasa ini, lukisan - lukisan Hofker menjadi incaran para kolektor seni dari berbagai penjuru dunia.Rumah Lelang Chritie's bahkan memasang foto-foto lukisan karya Willem Gerard Hofker yang telah laku. Salah satu di antaranya berjudul Ni Gusti Kompiang Mawar yang harganya mencapai 781.000 Euro. Sungguh fantastis.

Burung Surga Papua yang Indah Warnanya

Burung surga atau disebut juga burung Cendrawasih memiliki warna bulu yang indah sekali. Kepalanya berwarna kuning dengan leher hijau dan sayapnya berwarna coklat tua. Di sela-sela sayap ada bulu kuning dan putih yang melambai-lambai ketika ia berdansa atau terbang. Burung ini dalam bahasa Inggris disebut birds of paradise. Sebenarnya ada 38 spesies burung surga yang dikenal dalam dunia sains. Jumlahnya bisa berkembang sejalan dengan adanya eksplorasi dan penemuan baru yang kemungkinan bisa terjadi di Papua.
Selama ratusan tahun, burung Cendrawasih menjadi incaran para pedagang dan kolektor burung. Masyarakat Papua sendiri menyimpan sekurangnya 1 ekor burung Cendrawasih yang telah dikeringkan dalam rumah mereka untuk keperluan upacara, penyambutan tamu, atau tari-tarian adat. Namun demikian burung yang telah dikeringkan tersebut dapat diwariskan kepada generasi berikutnya sehingga hal tersebut bisa dimaklumi.
Perburuan burung Cendrawasih untuk diperdagangkan ke luar tanah Papua telah dilarang oleh pemerintah dalam hal ini lewat instansi Konservasi Sumber Daya Alam di Departemen Kehutanan. Sayangnya tetap saja masih terjadi perdagangan burung antar pulau.
Untuk menekan atau menghapus jaringan perdagangan burung surga maka harus ada mekanisme alternatif yang bisa diperkenalkan kepada para penduduk Papua. Salah satu yang saya laksanakan adalah ekowisata. Dalam program ekowisata (ecotourism), wisatawan datang ke tempat burung Cendrawasih berkumpul untuk menonton mereka berdansa di pagi dan sore hari. Dari kegiatan wisata menonton burung tersebut, penduduk asli Papua bisa memperoleh penghasilan tambahan dari sumber daya alam yang mereka miliki tanpa harus merusaknya. Meskipun jumlah wisatawan yang datang untuk menonton burung surga jumlahnya masih kecil, kontribusi mereka bagi perekonomian masyarakat lokal mulai terasa.
Contohnya, di Kampung Warmarway yang letaknya sekitar 1 jam perjalanan darat ke arah selatan Manokwari, ada sebuah hutan yang telah saya promosikan di internet sebagai destinasi untuk pengamatan burung Surga. Hampir setiap bulan ada saja orang asing (dari Eropa, Amerika Serikat) yang datang untuk menontonnya. Pemilik hak ulayat di hutan Warmarway adalah Bpk. Yunus Sayori. Penghasilan yang diperolehnya dari para wisatawan dapat ia gunakan untuk mendukung anaknya yang sedang kuliah di Manado. Tentu hal tersebut cukup membanggakan karena tidak semua keluarga di kampung Warmarway bisa menyekolahkan anak mereka ke luar pulau Papua.
Masih banyak hal yang harus dilakukan untuk membuat program ekowisata di Papua berhasil. Dengan dukungan masyarakat adat, pemerintah dan operator tur, saya optimis, kita bisa melestarikan alam Papua dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. oleh Charles roring

Saturday, March 2, 2013

Nikmatnya minum kopi di tengah lautan

KM Labobar milik Maskapai Pelayaran Nasional (PELNI) yang saya tumpangi beberapa jam lagi akan memasuki Pelabuhan Makassar. Saya naik ke geladak sekoci untuk melihat kapal-kapal yang lalu lalang di Selat Makassar. Pemandangan laut ini sangat saya sukai. Beberapa kali saya menyalakan kamera telephoto bermerek Nikon yang selalu menemani saya bepergian ke berbagai tempat untuk memotret kapal-kapal itu. Ada banyak sekali kapal kontainer yang berpapasan dengan Kapal Pelni ini. Muatan barang yang ditaruh ke dalam box-box besi disusun dengan rapih di atas geladak kapal. Ada juga kapal kayu berjenis Phinisi yang saya lihat dari kejauhan. Saat memandangi birunya laut, seorang penjaja kopi lewat di hadapan saya. Ia menenteng sebuah thermos besar berwarna biru yang berisikan air panas. Melihat dagangan yang dibawanya itu, saya tertarik untuk mencoba kopi yang ia tawarkan walaupun saya bukan penggemar kopi. Di dalam keranjang plastik ada bermacam-macam minuman yang dikemas sachet plastik. Beberapa di antaranya adalah Milo, Kopi ABC, Energen dan Susu Cair Frisian Flag. Ada juga teh celup Sariwangi. Saya pilih Kopi ABC.